Kamis, 14 Maret 2019

Food Terminologi 07

Rendang


Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Asal usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.” Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzahyang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarahdan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:

1. Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
2. Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
3. Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
4. Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap seremoni adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.


soto betawi

Soto Betawi merupakan soto yang populer di daerah Jakarta. Seperti halnya soto Maduradan soto sulung, soto Betawi juga menggunakan jeroan. Selain jeroan, seringkali organ-organ lain juga disertakan, seperti mata, terpedo, dan juga hati. Daging sapi juga menjadi bahan campuran dalam soto Betawi. Kuah soto Betawi merupakan campuran santan dan susu. Kedua campuran inilah yang membuat rasa soto Betawi begitu khas.
Istilah soto Betawi hadir dalam kulinermasakan Indonesia sekitar tahun 1977-1978, namun bukan bearti tidak ada soto sebelum tahun tersebut. Yang memopulerkan dan yang pertama memakai kata soto Betawi adalah penjual soto bernama Lie Boen Po di THR Lokasari / Prinsen Park, tentunya dengan ciri khas cita rasa sendiri.
Banyak penjual soto pada masa tahun-tahun tersebut, biasanya menyebut dengan soto kaki Pak "X" atau sebutan lainnya. Istilah soto Betawi mulai menyebar menjadi istilah umum ketika penjual soto tersebut tutup sekitar tahun 1991.


sayur babanci


Sayur Babanci atau Ketupat Babanci adalah salah satu kuliner ikonik khas Betawi yang kini mulai langka. Kelangkaan ini disebabkan karena bahan dan rempah-rempah untuk membuat sayur ini sudah sulit ditemukan di Jakarta. Dinamakan Sayur Babanci karena sayur ini tidak jelas jenisnya, bahkan tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur. Karena sulit mendapatkan bahan-bahannya, kini warga Betawi biasanya menyajikan sayur ini hanya pada hari -hari besar keagamaan sebagai menu keluarga, seperti buka puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Sayur Babanci atau Ketupat babanci sejatinya bukanlah sayur—bahkan tidak ada sayurnya sama sekali. Konon, nama babanci diambil dari “perilaku” sayur ini yang tidak jelas kelaminnya alias banci; gulai tidak, kare tidak, soto juga tidak. Beberapa orang juga meyakini bahwa nama babanci diambil dari perpaduan antara babah dan enci yang disinyalir makanan ini dulunya dibuat oleh para peranakan Betawi-Tionghoa. Karena hanya dari golongan mandor dan tuan tanah saja yang bisa menghadirkan makanan ini pada hari raya. Secara umum, Sayur Babanci atau Ketupat babanci rasanya menyerupai gulaiyang sangat dominan di aroma dan rasa rempah yang kuat.
Lazimnya kuliner Betawi pada umumnya, ketupat babanci juga mencermikan karakter masyarakat Betawi yang jenaka dan nyleneh. Nama babanci, selain dianggap tidak berkelamin, ada juga yang beranggapan bahwa ketupat ini dulu adalah penganan favorit para banci atau waria. Hidangan sayur babanci kini mulai sulit ditemukan dan hanya ada pada acara-acara besar saja misalnya, hari ulang tahun kota Jakarta, bazar, atau pesta kuliner yang hanya diadakan setahun sekali.[


Soto tangkar

Soto Tangkar adalah makanan Betawi. Nama tangkar sendiri adalah sebutan untuk iga sapidalam bahasa Betawi pada zaman penjajahan Belanda dan sampai sekarang masih dipergunakan, meskipun sudah jarang diketahui oleh generasi saat ini.
Menurut sejarahnya, pada zaman penjajahan Belanda, ketika para meneer belanda akan mengadakan pesta, mereka biasanya memotong sapi untuk pesta tersebut.
Para meneer akan menyisahkan bagian-bagian tertentu dari sapi yang dipotong untuk diberikan kepada para pekerja diantaranya adalah, bagian kepala, bagian dalam (paru-paru, usus, babat, dll.) serta iga. Oleh para pekerja tersebut bagian-bagian itu diolah menjadi makanan yang beragam dan salah satu bagian yaitu iga diolah menjadi makanan yang khas, iga tersebut direbus atau dimasak selama kurang lebih dua jam, setelah itu dimasukkan bumbu atau rempah-rempah, seperti kunyit, lada, daun sereh, daun salamdan santan kelapa. Maka jadilah makanan yang berkuah yang disebut Soto Tangkar.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi hanya mampu membeli tangkar berupa potongan iga yang berdaging sedikit, karena bagian daging sapi yang lain sudah diambil oleh masyarakat penjajah Belanda.


Sayur besan

Sayur besan adalah masakan khas Indonesia. Masakan ini dikenal di kalangan masyarakat Betawi. Keberadaan sayur ini mulai langka karena selain bahan utamanya yang tidak mudah didapat, jarang ada warung Betawi yang menyajikan menu masakan tradisional ini.
Sesuai dengan namanya, sayur besan mengisyaratkan hubungan yang erat kaitannya dengan besanan. Besanan dalam bahasa Betawi bermakna pernikahan. Bagi masyarakat Betawi, masakan ini tidak hanya berperan sebagai pelengkap menu makanan, tetapi memiliki simbol dan makna tertentu dalam upacara adat.
Sayur ini disebut sayur besan karena merupakan menu wajib dan tergolong istimewa di acara pernikahan adat Betawi. Sayur besan sering disajikan saat acara pernikahan atau pertemuan antarbesan. Menu ini melambangkan pengormatan terhadap orang tua mempelai.
Pada zaman dahulu, terutama di masyarakat Betawi tradisional, orang tua pengantin pria baru boleh berkunjung ke rumah orang tua pengantin wanita setelah pesta pernikahan selesai. Keluarga dari pihak lelaki akan membawa sayur besan untuk diberikan kepada keluarga si perempuan.
Menu ini menjadi bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi yang melibatkan makanan khas. Seperti halnya roti buaya dan dodol, sayur besan juga melambangkan harapan.
Sayur ini dijadikan antaran untuk besan. Butir-butir terubuk yang menyatu menjadi bonggol melambangkan dua keluarga yang menyatu dalam ikatan kekeluargaan lewat perkawinan.
Setelah akad nikah, rombongan dari pihak lelaki kembali ke rumah. Pihak perempuan pun membekali mereka dengan bermacam-macam hidangan, seperti ayam bekakak, pesmol,semur daging, serundeng, opor ayam, ketan kuning, kue talam udang, pepe, dan bugis.
Sayur besan adalah masakan berkuah santan yang berisi terubuk, kentang, soun atau bihun, petai, dan ebi. Warnanya cenderung kekuningan, tetapi berbeda dengan kari. Tambahan ebi atau terasi, membuat kuah sajian ini memiliki rasa yang mirip laksa Betawi.
Begitu juga dengan petai yang menjadi campuran kuah sayur besan. Petai ini bisa memberi aroma khas dan menggugah selera makan. Kunci kelezatan sayur besan terdapat pada kuah dan tekstur sayur terubuk. Jika dimasak dengan benar, rasanya akan gurih.


Kue keranjang

Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Ti Kwe (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang], adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).
Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek. Di Jawa Timur disebut sebagai kue keranja ng sebab dicetak dalam sebuah "keranjang" bolong kecil, sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat ada yang menyebutnya Dodol Cina untuk menunjukkan asal kue tersebut yaitu Cina, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada suku pembuatnya, yaitu orang-orang Tionghoa.
Sedangkan dalam dialek Hokkian, ti kwe berarti kue manis, yang menyebabkan orang-orang tidak sulit menebak kalau kue ini rasanya manis
Di Cina terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.
Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue () dan juga terdengar seperti kata tinggi (), oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.


KEBAB

Kebab (kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, atau kephav) adalah sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai dalam masakan Laut Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan Asia Selatan, dan masakan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau kerang. Kebab daging babi dikenal dalam masakan Azerbaijan, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan negara bagian Goa di India.
Nama kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (کباب) yang awalnya berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kababkemungkinan berasal dari bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābuyang berarti "bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki, istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging domba cincang.. Istilah kebab baru berarti hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (شواء ) asal bahasa Arab. Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan seperti semur, misalnya tas kebab(kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.


Pizza

Pizza adalah hidangan tradisional Italia yang terdiri dari flatbread ragi yang biasanya diberi topping saus tomat dan keju dan dipanggang dalam oven. Bisa juga diberi topping dengan tambahan sayuran, daging, dan bumbu, dan bisa dibuat tanpa keju.
Kata "pizza" pertama kali muncul dalam teks Latin dari kota Gaeta di selatan Italia, yang masih merupakan bagian dari Kekaisaran Bizantium, pada tahun 997 M, teks tersebut menyatakan bahwa penyewa dari properti tertentu adalah untuk memberi uskup Gaeta duodecim pizze ("dua belas pizza") setiap Hari Natal, dan dua belas lagi setiap Minggu Paskah ".
Istilah pizza pertama kali tercatat pada abad ke 10, dalam sebuah manuskrip Latin dari kota Gaeta di Italia Selatan, di perbatasan dengan Campania. Pizza modern ditemukan di Naples, dan hidangan dan variannya sejak itu menjadi populer dan umum di banyak wilayah di dunia. Pada tahun 2009, atas permintaan Italia, pizza Neapolitan terdaftar di Uni Eropa sebagai hidangan Tradisional yang dijamin. Associazione Verace Pizza Napoletana (Asosiasi Pizza True Neapolitan), sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 1984 dengan kantor pusat di Naples, bertujuan untuk "mempromosikan dan melindungi ... pizza Neapolitan sejati".

Pancake

Pancake (atau hotcake, griddlecake, atau flapjack) adalah kue datar, seringkali tipis dan bundar, disiapkan dari adonan berbasis tepung yang mungkin mengandung telur, susu dan mentega dan dimasak di permukaan yang panas seperti wajan atau penggorengan, bisa menggoreng dengan minyak atau mentega.
Orang-orang Yunani Kuno membuat pancake yang disebut tēganitēs atau tagēnias, semua kata berasal dari tagēnon "frying pan". Referensi paling awal yang dibuktikan untuk tagenias ada dalam karya penyair abad ke-5 SM Cratinus dan Magnes. Tranites dibuat dengan tepung terigu, minyak zaitun, madu, dan susu yang  kental dan disajikan untuk sarapan pagi. Jenis lain dari pancake  adalah staitit, dari staitinos "tepung atau adonan dieja", berasal dari stais "tepung dieja". Athenaeus menyebutkan, dalam bukunya Deipnosophistae, staititas diberi topping madu, wijen, dan keju. Kata pancake di Inggris Tengah muncul dalam bahasa Inggris pada abad ke-15. Bangsa Romawi Kuno menyebut  cara menggoreng mereka alia dulcia, bahasa Latin untuk "manis lainnya".

Lasagna

Lasagna adalah pasta lebar, rata, dan mungkin salah satu jenis pasta tertua. "Lasagne" atau "lasagna", biasanya mengacu pada sajian yang dibuat dengan beberapa lapis lembaran lasagna bergantian dengan saus dan bahan lainnya, seperti daging dan keju.
Di Roma Kuno, ada hidangan yang mirip dengan lasagna tradisional yang disebut lasana atau lasanum (kata Latin untuk "wadah", "pot") yang dijelaskan dalam buku De re coquinaria oleh Marcus Gavius ​​Apicius, namun kata itu bisa lebih kuno. Teori pertama adalah bahwa lasagna berasal dari bahasa Yunani laganon, lembaran datar pasta adonan dipotong-potong. Kata lagana masih digunakan dalam bahasa Yunani berarti roti lapis tipis tidak rata yang dipanggang untuk liburan Clean Monday.
Teori lain adalah bahwa kata lasagna berasal dari bahasa Yunani lasana atau lasanon yang berarti "trivet atau stand for pot", "chamber pot". Orang Romawi meminjam kata itu sebagai "lasanum", yang berarti "panci masak" dalam bahasa Latin. Orang-orang Italia menggunakan kata tersebut untuk merujuk ke piring di mana lasagna dibuat. Kemudian, nama makanan tersebut diambil dari nama  tempat sajiannya.
Tautan lain yang diusulkan, atau referensi, adalah hidangan abad ke-14 "Loseyn" seperti yang dijelaskan di Inggris The Forme of Cury, sebuah buku masak yang disiapkan oleh "master koki Raja Richard II, yang mencakup resep bahasa Inggris serta hidangan yang dipengaruhi oleh bahasa Spanyol, Masakan Prancis, Italia, dan Arab. Resep ini memiliki kemiripan dengan lasagna modern dalam kedua resepnya, yang memiliki lapisan bahan antara lembaran pasta dan namanya. Perbedaan penting adalah kurangnya tomat, yang tidak sampai di Eropa dan sampai setelah Columbus mencapai Amerika pada tahun 1492. Diskusi paling awal tentang tomat dalam literatur Eropa muncul dalam sebuah herbal yang ditulis pada tahun 1544 oleh Pietro Andrea Mattioli, sementara buku masak paling awal yang ditemukan dengan resep tomat diterbitkan di Naples pada tahun 1692, meskipun penulis rupanya telah mendapatkan resep ini dari sumber Spanyol.
Seperti kebanyakan jenis pasta lainnya, kata Italia adalah bentuk jamak, lasagna yang berarti lebih dari satu lembar lasagna, meskipun dalam banyak bahasa lain, turunan dari kata "lasagna" digunakan untuk hidangan populer. Penggunaan daerah di Italia, saat mengacu pada hidangan panggang, bentuk pluralis lasagna di utara negara dan lasagna tunggal di selatan. Penggunaan sebelumnya telah mempengaruhi ejaan yang biasa ditemukan di Inggris British  sementara penggunaan bahasa Italia selatan telah mempengaruhi ejaan yang sering digunakan untuk hidangan dalam bahasa Inggris Amerika.

https://en.wikipedia.org/wiki/Lasagne

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

describe some food

spring roll ( lumpia) Lumpia adalah variasi besar makanan pembuka yang digulung atau dim sum yang ditemukan dalam masakan Asia Timur , Asia ...