Sup Konro adalah
masakan sup iga sapi khas Indonesia yang berasal dari tradisi Bugis dan
Makassar.Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi.
Masakan berkuah warna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan burasa dan
ketupat yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah
kluwek yang memang berwarna hitam. Bumbunya relatif "kuat" akibat
digunakannya ketumbar. Rasa pedas dan berbumbu ini dibuat dari campuran
rempah-rempah, seperti ketumbar, keluwak (buah yang menyebabkan masakan
berwarna hitam), sedikit pala, kunyit, kencur, kayu manis, asam, daun lemon,
cengkih, dan daun salam.
sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Sup_Konro
2. PEMPEK PALEMBANG
Pempek atau empek-empek adalah makanan khas Palembang yang
terbuat dari daging ikan yang digiling lembut dan tepung kanji (secara salah
kaprah sering disebut sebagai "tepung sagu"), serta beberapa
komposisi lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa dan
garam. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa penganan pempek pusatnya adalah
di Palembang karena hampir semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.
Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota
Palembang; ada yang menjual di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan juga
ada yang dipikul. Tahun 1980-an, penjual biasa memikul satu keranjang penuh
pempek sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan makanannya.
Sejarah
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak
masuknya perantau Tionghoa ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat
Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama
empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan apek atau pek-pek, yaitu
sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek
berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa
prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum
seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia
kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling
dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut
dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya
dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya
dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Namun, cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena
singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16,
sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya semenjak
masa Sriwijaya. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan
Jerman pada abad 18. Dalam pada itu Sultan Mahmud Badaruddin baru dilahirkan
tahun 1767. Walaupun begitu memang sangat mungkin pempek merupakan adaptasi
dari makanan Tionghoa seperti bakso ikan, kekian atau pun ngohiang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar